Minggu, 28 Desember 2014

seharusnya

selamat pagi mahasiswa..
menata pagi dengan tak berbuat apa apa, berharap tidak mengubah apapun agar tidak merusak apapaun, menjadikan dunia tanpa aksi dan reaksi, menghilangkan jatidiri dari sejarah dunia masa depan.ketika angin menggelayut di atas atap rumah, menjadikanku sadar seberapa reyotnya rumah ini. seketika membangkitkan kecanduanku akan nikotin yang katanya berbahaya untukku.
suatu pagi di hari minggu, di saat orang lain bersiap untuk menyambut ujian di esok hari, aku disini menyapa masa lalu yang cukup kelam, kesadisan dan pembantaian korban perang yang tak ternilai nyawanya. sudah lama tak meraih pena mencaci diri dengan tinta di kertas tua yang merana tak pernah tercoret "kotorilah aku tuan, ku hanya ingin kau mengukir ceritamu untuk menyempurnakanku, sehingga ku bisa menepati janjiku kepada tuhan" katanya. 
pagi yang cukup melelahkan untuk berpikir hari esok yang mungkin akan menjadi kelam menilik jumlah kehadiranku di ruang kelas pahlawan. tuhan, tuntunlah aku, aku akan rela dengan apa yang akan terjadi, ketika semua ini semu tetapi aku harus terus berusaha memerankan apa yang engkau kehendaki padaku, semua ini akan menjadi kehormatanku untuk mengabdi kepadamu tuan.
dengan sedikit demi sedikit coretan di kertas yang tadinya hampa. akan kutelurkan semua embrio di dalam pikiran yang akan menetas menjadi ide ide revolusi dan harapan untuk mengubah yang tetap dan menetapkan apa yang berubah. terimakasih kepada inang ini untuk menjadikan dirinya media ku menulis sesuatu yang baru yang akan sedikit kuungkap adalah perasaan tertinggal selalu kala maut memisahkan dimensi yang tertinggal hanya rasa yang tak terungkap. 

kekasih, sempatkah pikiranmu terbesit aku,
meraup kenangan di masa itu,
ketika dekapanku masih kau balas erat ketika kecupanku mendarat menyalurkan kasih.
ketika maut menjemput kurasa sakit, perih dan pilu, ku kira inilah yang tuhan mau,
memanjakanku dengan meminjamkan kamu dan mendidikku keras dengan perjuanganku yang tak berpihak bahkan kadang melawan arus.
kekasih, asal kau pahami saja, ketika aku ditantang maut aku merasa bahagia,
ingatkah engkau yang kupercaya?
orang yang sangat beruntung adalah orang yang tidak dilahirkan
sedangkan orang yang cukup beruntung adalah orang yang mati muda
ketika orang yang sial adalah orang yang hidup cukup lama
walaupun tadinya ku tahu apa yang aku perjuangkan
sekarang semua itu semu ketika tuhan memintaku pulang
tanpa merasakan apapun dan perjuangan ini selesai
akupun tak sempat merasakan senja. pagiku ini sangat indah
walau banyak kabut yang turun sembari menerbangkanku ke atas.
menuju pada kebenaran yang ku impikan pada kehidupan
mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa
Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai,
 dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda.
Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta,
yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai itu.
Kalau kita telah kehilangan itu maka berkuranglah hidup kita
tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu.
Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?
manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru
akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku
dan antara ransel kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas hutanmu, melampaui batas jurangmu
hidup adalah soal keberanian,
menghadapi yang tanda tanya “tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
‘terimalah dan hadapilah
walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku
Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu
terimakasih telah mengijinkanku memukul bumi pertiwi ini
melancarkan tujuan perubahan ideal yang kuimpi
walau hingga kini tak kunjung tepi
kan kubantu menerjang karang
jenganlah kau berhenti hingga dermaga itu
atau berhenti sebelum karam
jangan mendustai kasih yang tuhan beri
mencari mati tanpa tau jalan yang tepat menujunya
teruskanlah tekad dan kobaran api kasih ini
tanpa kotak yang membatasi
ketika semua orang memiliki rangka tulang yang sama
berjuanglah nak untuk perang yang menunggumu di depan mata
merajut kasih dengan yang maha esa
tanpa melepas tangan saudara di sekitarmu
kau tau kau bisa berjalan cepat sendirian,
dan kau lebih mengerti berjalan jauh dengan dasar kepercayaan.

TERIMAKASIH SOE HOK GIE